Saturday, August 28, 2010

KASTIL MISTERIUS

Tulisan Aldi Rahmat Mulia

Siang itu,tidak ada sedikitpun angin bertiup, membuat kelas menjadi tambah pengap, kuihatteman – temanku yg sebagian besar dari mereka sudah mendapatkan dirinya basaholeh keringat masing – masing, sama seperti diriku, nafas tidak teratur ditambah lagi siksaan otak dari pelajaran fisika yg amat menyiksa otak ygsedang diterangkan. Kami seperti sekelompok ayam pasrah yg akan dipotong oleh pemiliknya. Sekumpulan rumus rumus yg yg luar biasa sadisnya dipapan tulis membuat mataku tak kuat lagi menahan kantuk. Akhirnya mataku terpejam dan jatuh terkulai ke meja.

Gelap, tidak bisa melihat apa apa,hanya kegelapan sejauh mata memandang, dan udara terasa pengap, kering, danpanas. Tiba – tiba sebuah tangan yg halus menepuk nepuk punggung ku, sehingga mataku terbuka sedikit sedikit dari gelap terbitlah terang, kulihat sekelilingruangan kelas, semua bangku sudah kosong, teman teman ku sudah tidak ada,kuliahat jam di dinding yg sudah menunjukkan pukul 2 lewat 14 menit.Dibelakangku sudah berdiri seorang wanita, dan dia berkata kepadaku "Ayobangun, sudah waktunya pulang" dengan halus kepadaku, dia adalah Bu Lis. Lalu aku mengangkat badanku lalu mengemas barang barangku untuk bersiap siap pulang.

Aku pamit kepada bu Lis. Lalu bergegas keluar dari kelas, dan menelusuri lantai menuju pintu gerbang sekolah, saat kukeluar dari sekolah kulihat langit sudah berubah menjadi kelam, awan sudahberkumpul dimana – mana, dan tekan udara turun drastis, pertanda sebentar lagiakan turun hujan. Terlihat sebuah angkot diseberang jalan yg sudah menungguku,kunaiki angkot tersebut dan kuambil tempat bagian pojok belakang agar aku bisa menyandarkan kepalaku ke kaca belakang. Angkot mulai berjalan, tak lamakemudian pemandangan pemandangan kota terlihat dibalik kaca, seperti factoryoutlet , spanduk iklan, rumah rumah, mall, supermarket, manusia yg menyebrang jalan, orang orang di trotoar, lampu merah, pengemis, polisi yg bermuka sangar,dan bangunan bangunan yg biasanya ada kota lainnya.

Perjalanan menuju rumah memakan waktukurang lebih 30 menit. Tak terasa akhirnya angkot sudah sampai di jalan loji.Aku turun diseberang pasar lalu aku menyebrang jalan, kutelusuri jalan samapai menuju rumahku. Sampailah aku didepan rumah, kumasuki gerbang bercat putih laluberjalan lagi menuju pintu tua berwarna coklat kelam lalu masuk kedalam.Suasana selalu sepi seperti biasanya. Kulepaskan sepatu berserta kaus kakinya ke rak sepatu, lalu kucuci tanganku dengan sabun. Kumasuki kamarku, lalukulempar tasku ke lantai, dompet ke meja, dan handphone ke kasur.

Ku bergegas kekamar mandi untuk menyegarkan diriku, yang sebelumnya kuambil dulu handuk di kamarku, didalam kamar mandi, kutanggali seragam sekolahku, lalu masuk ke dalam bak mandi yg berisi air segar dan sabun,setelah berendam kubilas tubuhku yg penuh oleh sabun dan menyabuni rambutku dengan shampoo lalu kubilas. Kukeringkan tubuhku dengan handuk, lalu kukenakan baju santai ku, aku pun kembali kekamar saat sampai dikamar, tiba tiba ada sesuatu yg mengganggu keseimbangan dan penglihatanku, entah itu apa, tetapi seketika itu terjadi aku terjatuh, terkapar di lantai seperti korban pembunuhanyg baru saja dibunuh.

Saat kubuka mataku, aku terperanjat kaget dengan keberadaanku didepan sebuah kastil yg berdiri kokoh seperti dinegri dongeng, ada karpet ygmenjulur dari pintu masuk kastil ke arahku seakan akan mempersilahkanku untuk masuk kedalam. Kucoba untuk berdiri lalu ku ikuti karpet ini samapi ke pintumasuk, lalu kubuka pintu itu. Pintu terbuka dan mulutku juga terbuka lebar,kaget melihat apa yg ada dilantai dasar kastil ini, lantai 1

Mataku berkaca – kaca, beradu dengan sinar matahari yang dipantulkan oleh lantai berlapis emerald yg berkelap kelip. Air mancur coklat yang menimbulkan suara pancuran yg lembut itu dikelilingi oleh wafer – wafer beraneka isi, karpet yg menutupi sebagian kecil lantai emerald itu sangatberbulu dan lembut sekali, aku sampai berguling guling kegirangan seperti anjing yg diberimakan setelah seharian kelaparan. Karpet ini mengarahkanku kea rah tangga, ku ikuti jalanmenuju tangga itu, tangga ini sangat unik, tidak terbuat dari besi maupun kayu,dipinggir anak tangga ada bunga berwarna warni bertumbuhan indah sekali, sangat mustahil bagiku bunga itu tumbuh karena tidak mungkin sebuah tumbuhan tumbuh selain ditanah, alasan yg mungkin bisa menjelaskan hal ini adalah tangga ini terbuatdari tanah.

Kunaiki tangga ini, lalu samapailah aku dilantai 2, kulihat dinding dinding dipenuhi debu, hiasan, lemari, meja, buku, lantai, semua ditutupi oleh debu. Mungkin semua dapat terlihat indah tanpa debu. Tapi karpetyg mengarahkanku kesebuah tangga yg berdebu itu tidak. Karpet ini bersih, bebasdari debu. Kuhiraukan ruangan pengap penuh debu ini, lalu kuikuti karpet itudan kunaiki tangga, menuju lantai selanjutnya, lantai 3

Sampailah aku dilantai 3, lantainya becek penuh dengan air,aneh sekali dilantai 2 berdebu sedangkan disin becek dengan air, kakiku mulai beradaptasi dengan kondisi ruangan ini, yaitu basah kuyup, aku terus mengikutiarah karpet ini, sambil melihat – lihat disekeliling aku menemukan penyebab air yang belimpah ruah ini, sebuah kolam yang luber karena diisi terus oleh si air terjun kecil yg entah sumbernya dari mana, aku melanjutkan penelusuranku sampaikahirnya kutemukan tangga berupa es, kunaiki tangga tersebut sambil menggigilkarena kakiku kedinginan dibuat tangga ini menuju lantai selanjutnya.

Sampailah aku dilantai 4, disini penuh sekali dengan lukisan-lukisan dinding, lantai kayu yg ramah dan hangat berada dibawah kakiku dan diseentaro ruangan, aku mencoba mendekati perapian yg diatasnya terpampang lukisan sebuah bebek yg memiliki sayap malaikat.
Aku duduk di sofa empuk didepan perapian untuk beristirahat sebentar, ku penjamkan mataku sejenak sambil mendengar kobaran api di perapian yg menenangkan jiwa, saat kubuka mataku bebek bersayap malaikat didalam lukisan itu sudah tidak ada, tiba – tiba,ada yg mematuk matuk kakiku, kulihat kebawah, aku kaget sekali melihat apa ygterjadi, seekor bebek bersayap malaikat yg kulihat dilukisan sedang mematuki kakiku, sakit sekali rasanya sampai sampai kakiku menjadi merah dipatukinya, aku singkirkankakiku dari moncongnya yg ganas ke atas sofa, dia berkwek kwek, berisik sekalisepe rti anak kecil yg menangis setelah diambil lolipopnya. Aku sama sekalitidak mengerti dengan apa yg ia katakana padaku, kukeluarkan selembar kertasdan sebuah pena dari kantung celanaku, kujatuhkan ke lantai didekat si bebek,dia mengigit ujung pena dengan moncongnya lalu menggambar sesuatu di selemabar kertas yg kujatuhkan, seperti yg kuharapkan dari sebuah bebek bersayap yg muncul tiba – tiba dari sebuah lukisan di kastil misterius yg tidak jelas aslausulnya, dia memberiku sebuah PETUNJUK.

Dikertas itu kulihat dia menggambarkan sebuah bangunanberlantai 6 dan 1 atapnya, disetiap lantai dia menggambarkan tanda +/-.Dilantai 1 dia beri tanda +, lantai 2 -, lantai 3 -, lantai 4+, lantai 5+,lantai 6-, tetapi atap tanda ?, dari gambar itu kusadari disetiap lantai yg kulewati keadaannya memang sesuai dengan tanda yg digambarkan bersayap malaikatitu. Lantai 1 yg berlantai emerald itu keadaannya positif, lantai 2 yg berdebudan lantai 3 yg becek memang berkeadaan negatif, lantai 4 yg sedang kupijakkan kaki kaki ini berkeadaan positif. Berarti lantai 5 akan berkeadaan positif,sedangkan lantai 6 negatif. Tapi, atapnya bertanda ?, apa maksudnya?

Ku bawa gambar itu sebagai penuntun ku menuju atap, dan kulambaikan tanganku kepada si bebek bersayap malaikat, dia pun melambaikan sayapnya lalu terbang kedalam lukisan dan menjadi sebuah lukisan lagi, kutemukantangga menuju lantai 5 lalu kunaiki. Sampailah aku dilantai 5 dimana keadaan positif yg digambarkan benar – benar asli, lantai yg beralaskan rumput, sebuah kebun lebih cocok disebutnya dan dipenuhi banyak tanaman hias yg indah berjajar memenuhi ruangan, kupu – kupu beterbangan dia sekitar, menambah kesan inda hdari lantai ini. Dari kejauhan kulihat sebuah pohon besar tumbuh diujung ruang dan batangnya menembus kelantai atas yaitulantai 6, kudekati pohon tersebut, ternyata dibaliknya ada sebuah pintu masuk dan beberapa anak tangga, pohon ini adalah tangga, kumasuki tangga ini kelantai selanjutnya, lantai 6

Sampailah aku dilantai 6, disini keadaan memang benar benar negative, sebuah bar padang pasir yg sudah reot, meja meja bar sudah reot dankeropos disantapi rayap rayap rakus, kursi bar sudah banyak yg patah, lantai ygberderit setiap kali aku mengambil langkah menambah kesan angker di lantai 6ini, aku tidak akan berlama lama disini, segera kutemukan tangga reot menujuatap, terpancar sedikit sinar harapan dari langit ke tangga reot ini, kunaikianak tangga satu persatu dan selalu dibarengi dengan suara deritannya, menuju atap

Kulihat disekeliling, diatap tidak ada apa apa, hanya terpajang pemandangan indah sejauh mata memandang. Tiba – tiba kastil berguncang dan datanglah bebek bersayap malaikat itu kemari untuk memperingatkanku, diamematuk kantungku yg berisi kertas dan pena, aku mengerti apa yg dia maksud kepadaku, kukeluarkan kertas yg telah digambarkan si bebek di lantai 4 dan pena kuberikan ke moncongnya untuk menggambar. Dia agak sedikit kesulitan karenakastil berguncang, tetapi akhirnya berhasil juga, dia mecoret gambar kastil dengar gambar tengkorak lalu dia terbang pergi menjauh dan menghilang, akutidak menyadari maksud si bebek itu, maksud sibebek itu baru kusadari saat guncangan kastil semakin kuat, kastil ini aku runtuh bersama diriku bila aku tidak secepatnya keluar dari sini, aku terlambat menyadarinya saat ku berlari kearah tangga, tangganya runtuh dan tidak ada lagi jalan keluar, tiba – tiba tempat kuberpijak runtuh dan aku jatuh kebawah, seketika kastil itu runtuh.

Pandanganku kabur saat kubuka mataku, aku belum bisa melihat karena tekanan darah rendahku,
perlahan lahan, semua mulai terlihat jelas, langit-langit yg memiliki lampu di tengah tengahnya, lalu aku bangun, kulihat disekitar ruangan, lemari, meja belajar, rak buku, televisi, dan aku menemukan diri yg sendang berada di lantai kamar,

aku berlari meninggalkan ruangan, kuberlari keluar dari rumah, kubuka pintu dan kulihat sebuah kebun yg penuh dengan tanaman hias, pohon jambu dan pohon mangga Hujan yg turun deras bertabrakan dengan rumput, tanah, dan batu,
aku meneteskan air mataku sebanyak yg kubisa dan berkata "Aku kembali", aku kembali ke sebuah rumah, bukan sembarang rumah, rumah ini adalah rumahku.

Tamat..

No comments:

Post a Comment